Bangladesh tengah mengalami gejolak politik yang besar setelah Perdana Menteri secara tiba-tiba mengundurkan diri dan melarikan diri ke India. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, baik di dalam negeri maupun di kancah internasional. Dalam hitungan jam setelah kabar pengunduran diri tersebut, militer Bangladesh bergerak cepat dan mengambil alih kendali pemerintahan, menandai perubahan drastis dalam struktur kekuasaan negara.
Penyebab utama dari tindakan dramatis ini masih menjadi spekulasi di kalangan pengamat politik. Beberapa sumber menyebutkan bahwa tekanan politik yang semakin intens serta protes besar-besaran dari berbagai lapisan masyarakat telah membuat posisi PM semakin sulit dipertahankan. Selain itu, ketidakstabilan ekonomi dan tuduhan korupsi yang meluas juga turut memperburuk situasi, memicu keresahan yang akhirnya memaksa sang pemimpin untuk melarikan diri.
Pengambilalihan kekuasaan oleh militer menambah ketidakpastian politik di Bangladesh. Dalam beberapa dekade terakhir, negara ini telah berjuang untuk mempertahankan demokrasi di tengah berbagai tantangan, termasuk campur tangan militer dalam urusan politik. Banyak yang khawatir bahwa tindakan militer ini bisa membawa Bangladesh kembali ke masa-masa pemerintahan otoriter, di mana kebebasan sipil dan hak-hak politik sangat terbatas.
Reaksi internasional terhadap perkembangan ini pun beragam. Negara-negara tetangga dan komunitas internasional, termasuk PBB, telah menyatakan keprihatinan mereka atas situasi yang memburuk di Bangladesh. Mereka menyerukan agar proses demokrasi dipulihkan secepat mungkin dan mendesak semua pihak untuk menahan diri dari kekerasan. India, sebagai negara tujuan pelarian PM, juga berada dalam posisi sulit, harus menyeimbangkan antara hubungan diplomatik dengan Bangladesh dan menjaga stabilitas regional.
Sementara itu, masyarakat Bangladesh masih berada dalam ketidakpastian, menunggu perkembangan lebih lanjut. Demonstrasi protes maupun dukungan terhadap militer pecah di beberapa kota besar, menunjukkan betapa terpecahnya opini publik terhadap langkah-langkah yang telah diambil. Banyak yang merasa bahwa tindakan militer adalah satu-satunya cara untuk memulihkan ketertiban, sementara yang lain mengkhawatirkan kembalinya era kediktatoran militer.
Di tengah situasi yang terus berkembang, masa depan politik Bangladesh masih belum jelas. Apakah militer akan mengadakan pemilu baru atau mempertahankan kekuasaan mereka untuk jangka waktu yang lebih lama masih menjadi pertanyaan besar. Yang pasti, negara ini memasuki fase krisis yang akan sangat menentukan arah dan stabilitas jangka panjangnya.