Ahmad Dofiri, sosok yang jarang terdengar di ruang publik dibandingkan beberapa nama besar di dunia kepolisian Indonesia, telah menorehkan perjalanan yang cukup menarik dalam karier kepolisiannya. Tidak hanya sebagai seorang polisi berkarir di Korps Bhayangkara, namun Dofiri juga memiliki keterkaitan langsung dengan kasus yang melibatkan nama besar seperti Ferdy Sambo. Sebagai senior di atas Ferdy Sambo dalam struktur kepolisian, peran Ahmad Dofiri dalam karier Sambo dan fakta mengenai pemecatannya, menjadi cerita menarik yang mencuat ke permukaan seiring berjalannya waktu.
Latar Belakang Ahmad Dofiri
Ahmad Dofiri adalah seorang perwira tinggi di Polri yang telah menjalani karier panjang dalam tubuh Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Kariernya dimulai sejak ia mengikuti Pendidikan Secaba Polri dan kemudian melanjutkan ke Akademi Kepolisian (Akpol). Dalam perjalanan kariernya, Ahmad Dofiri menempati sejumlah posisi penting di Polri, baik di level wilayah maupun pusat.
Sebagai lulusan Akpol, Ahmad Dofiri dikenal memiliki rekam jejak yang baik dalam dunia kepolisian. Ia dikenal memiliki kemampuan dan integritas yang cukup tinggi. Selain itu, Dofiri juga pernah menjabat dalam beberapa posisi strategis yang menuntut kepemimpinan yang kuat, antara lain sebagai Kepala Biro (Kabiro) di berbagai instansi dalam Polri.
Dofiri dikenal sebagai sosok yang dihormati oleh rekan-rekannya, termasuk oleh Ferdy Sambo, yang pada suatu waktu pernah menjabat sebagai Kadiv Propam Polri, posisi yang memberikan wewenang besar dalam mengawasi kepatuhan etika dan perilaku anggota Polri.
Hubungan Ahmad Dofiri dan Ferdy Sambo
Kisah hubungan antara Ahmad Dofiri dan Ferdy Sambo memang menarik untuk dicermati. Keduanya berada di jalur karier yang sama, namun dengan posisi yang berbeda dalam struktur hierarki Polri. Ahmad Dofiri lebih senior dibandingkan Ferdy Sambo, yang pada puncaknya menjabat sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri.
Sambo sendiri merupakan sosok yang dikenal cukup kontroversial, terutama setelah kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) yang menghebohkan masyarakat Indonesia pada tahun 2022. Dalam kasus ini, Ferdy Sambo menjadi sorotan utama setelah terbukti terlibat dalam perencanaan dan eksekusi pembunuhan tersebut, yang melibatkan sejumlah anggota Polri lainnya. Namun, sebelum terlibat dalam kasus yang mencoreng kariernya, Ferdy Sambo adalah seorang perwira dengan karier yang relatif cemerlang.
Ahmad Dofiri, yang telah lebih dulu menjabat dalam beberapa posisi penting, lebih berpengalaman dan lebih lama berkecimpung dalam dunia kepolisian dibandingkan Sambo. Sebagai senior, Dofiri kemungkinan telah memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap Sambo dalam beberapa hal, baik dalam urusan karier maupun dalam hal-hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan di tubuh Polri. Meskipun hubungan keduanya tidak sepenuhnya diketahui secara terbuka, sebagai senior, Dofiri pasti memberikan pengaruh kepada Sambo, meski tak dapat dipungkiri bahwa karier Sambo sempat melejit setelah ia menduduki posisi-posisi strategis di Polri.
Pemecatan Ferdy Sambo oleh Ahmad Dofiri
Salah satu momen yang cukup mengundang perhatian publik adalah terkait dengan pemecatan Ferdy Sambo dari jabatannya sebagai Kadiv Propam Polri. Pada Agustus 2022, setelah terungkapnya keterlibatan Sambo dalam kasus pembunuhan Brigadir J, kepolisian Indonesia melakukan langkah tegas dengan memecatnya secara tidak terhormat. Pemecatan ini dilakukan dalam proses yang cukup cepat, setelah adanya bukti-bukti yang mengarah pada keterlibatan Sambo dalam perencanaan pembunuhan tersebut.
Namun, menarik untuk dicatat bahwa meskipun Ferdy Sambo adalah seorang jenderal dengan pangkat tinggi di Polri, keputusan pemecatan ini melibatkan beberapa pihak dalam Polri, salah satunya adalah Ahmad Dofiri, yang pada waktu itu menjabat sebagai salah satu pejabat tinggi di Polri. Sebagai seorang senior, Dofiri tentu memiliki peran penting dalam keputusan tersebut, meskipun proses hukum terhadap Sambo tetap melibatkan tim penyidik dan kejaksaan.
Pemecatan Sambo menandai akhir karier seorang jenderal yang pernah sangat berpengaruh dalam Polri. Keputusan ini tentunya bukanlah hal yang mudah bagi siapapun, mengingat Sambo merupakan sosok yang memiliki banyak koneksi dan pengaruh dalam tubuh Polri. Namun, bagi Dofiri dan pimpinan Polri lainnya, tindakan tegas ini adalah bentuk pertanggungjawaban atas kepercayaan publik terhadap institusi Polri yang sempat tercoreng akibat ulah Sambo.
Akpol Angkatan Berapa Ahmad Dofiri?
Ahmad Dofiri merupakan alumni Akademi Kepolisian (Akpol) angkatan 1991. Di dalam struktur hierarki Polri, ia menempati posisi yang lebih senior dibandingkan dengan Ferdy Sambo yang merupakan alumni Akpol angkatan 1994. Meskipun memiliki jarak angkatan yang tidak terlalu jauh, namun pengalaman Dofiri di dalam Polri lebih banyak dibandingkan dengan Sambo, terutama dalam menjalani tugas-tugas kepolisian yang mengharuskannya untuk memimpin dan membuat keputusan strategis.
Lulus dari Akpol angkatan 1991, Dofiri memulai kariernya dengan menempati berbagai posisi di tingkat daerah dan pusat. Sebagai seorang senior, Dofiri tentunya memiliki kesempatan lebih banyak untuk mengembangkan diri dan membangun karier di Polri, sementara Sambo baru menanjak dalam kariernya setelah mengisi posisi-posisi penting di kepolisian, termasuk sebagai Kadiv Propam.
Kesimpulan
Perjalanan karier Ahmad Dofiri di Polri merupakan contoh nyata dari seorang polisi yang tidak hanya mengandalkan pangkat dan jabatan, tetapi juga integritas dan dedikasi terhadap institusi. Sebagai senior di atas Ferdy Sambo, Dofiri memiliki posisi yang cukup strategis dalam mengawasi dan memberikan pengarahan kepada para juniornya, termasuk Sambo. Meskipun Dofiri sendiri tidak terlalu banyak dibicarakan di media, namun perannya dalam struktur Polri dan keterkaitannya dengan pemecatan Sambo menunjukkan bahwa ia adalah figur yang sangat berpengaruh di balik layar.
Pemecatan Ferdy Sambo adalah contoh dari betapa pentingnya integritas dalam menjalankan tugas-tugas kepolisian. Di sinilah peran senior seperti Ahmad Dofiri menjadi sangat signifikan, karena keputusan-keputusan penting dalam menjaga nama baik dan kredibilitas Polri seringkali harus diambil dengan penuh pertimbangan, meskipun itu berarti mengambil langkah tegas terhadap rekan sejawat atau junior yang terlibat dalam pelanggaran berat.
Karier Ahmad Dofiri sebagai polisi yang sukses, serta perannya dalam menjaga disiplin dan integritas Polri, tentunya akan terus dikenang, terutama dalam konteks pemecatan Sambo yang mengingatkan kita tentang pentingnya kepatuhan pada hukum dan etika di dalam kepolisian.