Donald Trump menyebut Biden sebagai ‘orang Palestina yang buruk’ di Gaza (Foto: Jabin Botsford/The Washington Post via Getty Images)
Donald Trump menuduh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sebagai orang Palestina yang buruk selama debat presiden pertama pemilu AS mendatang. Trump juga mengatakan Israel harus menyelesaikan pekerjaannya. Tentu saja komentar ini memicu kemarahan dan tuduhan rasisme.
Komentar aneh yang dilontarkan Trump ini terjadi selama segmen kebijakan luar negeri dalam debat berdurasi 90 menit, yang diselenggarakan CNN pada Kamis (28/6/2024). Mengutip The New Arab (TNA), setelah ditanya tentang bagaimana pemerintahannya akan mengakhiri perang, Biden menegaskan kembali rencana tiga langkah yang ia tetapkan bulan lalu untuk mencapai gencatan senjata dan lagi-lagi menuduh Hamas sebagai satu-satunya pihak yang menginginkan perang berlanjut.
Trump menanggapinya dengan menganjurkan Israel untuk melanjutkan perangnya dan membiarkannya menyelesaikan tugasnya. “Dia tidak mau melakukan itu. Dia menjadi seperti orang Palestina, tapi mereka tidak menyukainya karena dia orang Palestina yang sangat buruk. Dia orang yang lemah,” tambahnya.
Pada awal Juni, Trump mengatakan pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer “seperti orang Palestina” mengomentari kritik politisi Demokrat itu terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yaitu pada bulan Maret.
Apa komentar Biden? Di menanggapi komentar tersebut dengan mengatakan dia tidak pernah mendengar kebodohan sebanyak itu.
Gencatan senjata yang diusulkan Biden, diumumkan pada 31 Mei, telah mendapat tanggapan yang tidak jelas dari Israel. PM Netanyahu mengatakan bahwa perangnya di Gaza tidak akan berakhir dan hanya akan menyetujui kesepakatan gencatan senjata sebagian dengan imbalan pembebasan 116 sandera Israel yang tersisa di Gaza.
Hamas telah mencari jaminan bahwa gencatan senjata akan mengakhiri perang secara permanen di Gaza, yang telah menyebabkan Israel membunuh 37.765 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.
Komentar Trump memicu reaksi keras di dunia maya. Jurnalis Inggris-Amerika, Mehdi Hassan berpendapat bahwa komentar tersebut menunjukkan bahwa “rasisme anti-Palestina yang terang-terangan telah menjadi hal lumrah di Amerika”.
Aktivis Palestina Mohammed El-Kurd mencatat bahwa “‘Palestina’ digunakan sebagai hinaan terhadap orang yang mendanai dan memungkinkan genosida rakyat Palestina.
Direktur Dewan Pemahaman Arab-Inggris (CAABU) Chris Doyle berkomentar bahwa “Palestina hanya melihat dua kandidat yang sangat nyaman memfasilitasi genosida mereka.”
Biden menegaskan kembali komitmen kuat pemerintahannya terhadap Israel dalam debat tersebut, dengan mengatakan bahwa pihaknya adalah “penghasil dukungan terbesar bagi Israel di antara siapa pun di dunia”, dan membela penundaan pengiriman bom seberat 2.000 pon ke Israel.
Ia juga menyoroti upaya AS untuk menghentikan serangan rudal dan pesawat tak berawak Iran terhadap Israel pada bulan April, bahkan mengklaim bahwa “kami menyelamatkan Israel”.
Sementara itu, ketika ditanya apakah ia akan mengakui negara Palestina yang merdeka, Trump menjawab bahwa ia “harus melihatnya”. Perdebatan tersebut memperlihatkan para kandidat saling bertukar pendapat mengenai sejumlah isu kebijakan lainnya, termasuk imigrasi, aborsi, dan perang di Ukraina.
Kinerja Biden yang biasa-biasa saja dalam debat tersebut membuat banyak orang di Partai Demokrat panik mengenai apakah akan menggantikan presiden berusia 81 tahun itu sebagai kandidat dari partainya menjelang pemilu November.