Serangan terbaru yang dilancarkan oleh militer Israel di Tepi Barat telah meninggalkan kerusakan yang signifikan di kamp pengungsi Tulkarem. Warga Palestina di wilayah tersebut turun ke lapangan untuk meninjau dampak dari serangan yang terjadi pada dini hari. Serangan tersebut dilaporkan menargetkan lokasi-lokasi yang diduga sebagai tempat persembunyian kelompok militan, tetapi imbasnya dirasakan oleh penduduk sipil yang tinggal di sekitar kamp pengungsi.
Kamp pengungsi Tulkarem, yang sudah padat penduduk, kini terlihat porak-poranda setelah gempuran dari pasukan Israel. Beberapa bangunan hancur, jalan-jalan terblokir oleh puing-puing, dan fasilitas umum seperti sekolah dan pusat kesehatan mengalami kerusakan parah. Warga yang masih berada di lokasi terlihat mengais-ngais sisa-sisa bangunan, mencari barang-barang yang masih bisa digunakan, dan berusaha menyelamatkan apa yang tersisa dari rumah mereka.
Selain kerusakan material, serangan ini juga menambah deretan korban jiwa dan luka-luka di Tulkarem. Beberapa sumber melaporkan adanya korban dari kalangan warga sipil, termasuk anak-anak dan orang lanjut usia yang tidak sempat mengungsi. Tim medis yang datang ke lokasi harus berjuang keras untuk memberikan pertolongan di tengah kondisi darurat yang serba terbatas. Trauma dan ketakutan kembali menyelimuti warga yang sudah lama hidup dalam bayang-bayang konflik.
Pihak Israel mengklaim bahwa operasi militer tersebut diperlukan untuk menindak ancaman dari kelompok militan yang aktif di Tepi Barat. Namun, bagi warga Palestina, serangan ini tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga memperparah situasi kemanusiaan yang sudah sangat kritis. Akses terhadap kebutuhan dasar seperti air bersih, makanan, dan layanan medis menjadi semakin sulit di tengah situasi yang mencekam ini.
Respon internasional terhadap serangan di Tulkarem mulai bermunculan, dengan sejumlah organisasi hak asasi manusia mengecam tindakan militer Israel yang dinilai tidak proporsional. Seruan untuk deeskalasi kekerasan dan dialog damai kembali digaungkan, namun di lapangan, ketegangan terus meningkat. Bagi warga Palestina, harapan untuk perdamaian semakin pudar di tengah eskalasi kekerasan yang seakan tiada akhir.
Kondisi di Tulkarem kini memprihatinkan, dengan banyak keluarga yang kehilangan tempat tinggal dan hidup dalam ketidakpastian. Serangan ini menambah luka baru dalam sejarah panjang konflik Israel-Palestina, yang dampaknya terasa tidak hanya oleh mereka yang berada di garis depan, tetapi juga oleh komunitas internasional yang terus mencari solusi atas krisis kemanusiaan yang belum berujung.