Oxfam melaporkan rejim Zionis secara sistematik mengurangkan jumlah air di Gaza sebanyak 94 peratus kepada 4.74 liter setiap hari setiap orang. – Foto AGENSI
Ketegangan antara Israel dan Gaza kembali memuncak setelah laporan yang mengindikasikan bahwa Israel menggunakan air sebagai ‘senjata perang’ terhadap penduduk Gaza, memicu kontroversi besar dan reaksi keras dari komunitas internasional.
Berbagai laporan dari organisasi hak asasi manusia dan media independen menyoroti bahwa Israel telah secara sengaja membatasi pasokan air bagi warga Palestina di Gaza, yang telah menyebabkan kondisi krisis kemanusiaan di wilayah tersebut semakin memburuk. Akses terhadap air bersih telah menjadi salah satu tantangan utama di Gaza, di mana lebih dari dua juta penduduk bergantung pada suplai air yang terbatas dan sering tidak aman.
Dalam beberapa minggu terakhir, terdapat klaim bahwa Israel telah membatasi impor bahan kimia yang diperlukan untuk menyaring air minum, serta mengurangi akses terhadap pipa air utama yang mengalir ke Gaza. Akibatnya, warga sipil di Gaza, termasuk anak-anak dan kelompok rentan lainnya, terpaksa hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi dengan akses terbatas terhadap air bersih.
Organisasi hak asasi manusia seperti Amnesty International dan Human Rights Watch secara terbuka mengutuk tindakan Israel ini, menyebutnya sebagai pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia dan hukum kemanusiaan internasional. Mereka menekankan bahwa membatasi akses terhadap air bersih dalam situasi konflik seperti ini dapat dianggap sebagai bentuk penggunaan air sebagai ‘senjata perang’, yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan yang mendasar.
Reaksi internasional terhadap laporan ini juga sangat keras. Sejumlah negara dan organisasi internasional telah menyerukan Israel untuk segera mengakhiri blokade terhadap akses air bagi penduduk Gaza dan memastikan bahwa semua warga memiliki akses yang memadai terhadap air bersih dan layanan kesehatan yang diperlukan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Eropa, bersama dengan berbagai badan bantuan internasional, telah menggambarkan situasi ini sebagai darurat kemanusiaan yang membutuhkan tanggapan segera dan komprehensif.
Dalam konteks ini, tantangan bagi komunitas internasional adalah bagaimana menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan untuk mengatasi krisis air di Gaza, sambil mengupayakan perdamaian jangka panjang antara Israel dan Palestina. Sementara upaya diplomatik terus berlanjut, tekanan terhadap Israel untuk menghormati hak asasi manusia dan kemanusiaan dalam menangani konflik ini diharapkan akan terus meningkat.