Warga berjalan melewati spanduk calon presiden Mohammad Bagher Ghalibaf yang dipajang di sebuah jalan di Teheran, Iran, Kamis 27 Juni 2024.
Warga Teheran mengungkapkan opini yang beragam pada Kamis (27/6), sehari sebelum pemilihan presiden digelar di negara itu.
“Ya, saya pasti akan memilih, karena ini kewajiban nasional. Kita harus ikut serta. Ketidakacuhan dan kepasifan masyarakat tidak akan membawa masa depan yang baik bagi kita,” ungkap Amir Ali Zamani, seorang mahasiswa jurusan ilmu politik, kepada Reuters.
Sementara itu, warga Teheran lain mengaku tidak akan memilih, karena merasa pesimis akan hasilnya.
“Tidak, saya tidak akan memilih, karena – seperti tahun-tahun sebelumnya – saya percaya pemilu ini tidak akan membuat perubahan pada situasi politik dan ekonomi bangsa dan negara ini,” ungkap Modabber, yang tidak memberikan nama depannya.
Dua dari enam kandidat calon presiden Iran mengundurkan diri pada Kamis dan menyerukan persatuan di antara kekuatan yang mendukung revolusi Islam di negara itu, kata laporan media pemerintah setempat.
Juru bicara parlemen Iran yang berhaluan garis keras Mohammad Baqer Qalibaf, mantan kepala negosiator nuklir Iran Saeed Jalili, anggota parlemen reformis Masoud Pezeshkian dan mantan menteri dalam negeri Iran Mostafa Pourmohammadi masih bersaing untuk menjadi presiden negara itu.
Pemilu Iran yang dikendalikan dengan ketat dan akan digelar hari Jumat (28/6) itu dilakukan menyusul kematian Presiden Ebrahim Raisi dalam sebuah kecelakaan helikopter bulan lalu. Hasil pilpres itu diperkirakan akan memengaruhi suksesi Ayatollah Ali Khamenei, pembuat keputusan utama di negara yang diperintah oleh ulama tersebut.