Konflik antara Israel dan Hizbullah di Lebanon telah berlangsung selama beberapa dekade, mencerminkan perseteruan panjang yang dipengaruhi oleh faktor-faktor politik, agama, dan geopolitik. Hizbullah, sebuah kelompok militan yang beroperasi di Lebanon, muncul sebagai kekuatan yang menentang keberadaan Israel di kawasan tersebut. Awal konflik ini dapat ditelusuri hingga tahun 1982 ketika Israel melakukan invasi ke Lebanon untuk menghancurkan basis Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Hizbullah, yang didukung oleh Iran dan Suriah, muncul sebagai kekuatan perlawanan terhadap pendudukan Israel.
Salah satu peristiwa penting dalam konflik ini adalah perang tahun 2006, yang berlangsung selama 34 hari. Perang ini dimulai ketika Hizbullah menyerang patroli Israel di perbatasan dan menculik dua tentara Israel. Israel merespons dengan serangan udara besar-besaran di Lebanon. Konflik ini menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur Lebanon dan menewaskan ribuan orang, terutama warga sipil. Meskipun perang ini berakhir dengan gencatan senjata yang diprakarsai oleh PBB, ketegangan antara kedua pihak tetap tinggi.
Peran Hizbullah dalam konflik ini bukan hanya sebagai kelompok militan, tetapi juga sebagai aktor politik yang kuat di Lebanon. Mereka mendapat dukungan luas dari komunitas Syiah di Lebanon, serta dukungan finansial dan militer dari Iran. Hizbullah juga telah menunjukkan kemampuan militernya dengan taktik gerilya dan serangan roket yang menargetkan wilayah Israel. Israel, di sisi lain, selalu menganggap Hizbullah sebagai ancaman besar bagi keamanan nasionalnya.
Konflik ini tidak hanya berdampak pada kedua negara, tetapi juga memengaruhi geopolitik Timur Tengah secara lebih luas. Iran dan Suriah terus memberikan dukungan kepada Hizbullah, yang memperumit hubungan antara negara-negara lain di kawasan ini. Selain itu, keberadaan Hizbullah di Lebanon telah memperkuat pengaruh Iran di Timur Tengah, yang menjadi perhatian utama bagi Israel dan negara-negara Teluk Arab yang menentang pengaruh Iran.
Seiring berjalannya waktu, meskipun gencatan senjata telah ditegakkan, tidak ada penyelesaian yang benar-benar permanen. Ketegangan terus meningkat, dengan potensi konflik selalu ada. Baik Israel maupun Hizbullah terus memperkuat posisi militer mereka, dan perseteruan ideologis antara kedua belah pihak tetap menjadi sumber utama konflik yang lebih luas di kawasan.
Pada akhirnya, konflik Israel vs Hizbullah adalah bagian dari dinamika geopolitik yang kompleks di Timur Tengah. Ketegangan yang berlangsung selama bertahun-tahun ini telah mengubah lanskap politik dan militer di kawasan tersebut, menciptakan situasi yang terus dipantau oleh komunitas internasional. Kendati demikian, perdamaian jangka panjang antara kedua pihak masih tampak jauh dari kenyataan.