jornalmediasia.com Carlo Ancelotti adalah salah satu nama besar dalam dunia pelatih sepak bola. Dengan pengalaman lebih dari tiga dekade di berbagai klub papan atas Eropa, Ancelotti telah meraih kesuksesan luar biasa, termasuk 31 gelar juara sepanjang kariernya. Ia dikenal karena filosofi kepelatihan yang lebih menekankan pada pendekatan humanis, manajerial, dan taktik yang fleksibel, ketimbang fokus pada aspek teknis yang sering menjadi sorotan dalam dunia pelatihan modern. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah Ancelotti benar-benar “tidak jago teknis” seperti beberapa pandangan yang ada?
1. Karier Kepelatihan Ancelotti: Penuh Prestasi
Ancelotti memulai karier kepelatihannya pada 1995 di klub Italia, Reggiana. Sejak saat itu, perjalanan kariernya menuntunnya untuk menangani beberapa klub elit Eropa, seperti Juventus, AC Milan, Chelsea, Paris Saint-Germain (PSG), dan Real Madrid. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil meraih berbagai gelar juara di level domestik maupun internasional.
Beberapa gelar bergengsi yang berhasil diraihnya antara lain:
- Champions League (Liga Champions) sebanyak 4 kali (2 kali dengan AC Milan dan 2 kali dengan Real Madrid).
- Serie A bersama AC Milan.
- Premier League dengan Chelsea.
- La Liga bersama Real Madrid.
- Piala Dunia Antarklub dan Supercup Eropa.
Dengan 31 gelar juara, Ancelotti jelas membuktikan dirinya sebagai salah satu pelatih terbaik dalam sejarah sepak bola. Namun, kesuksesannya tidak hanya dilihat dari jumlah gelar, tetapi juga dari kemampuannya untuk membangun hubungan yang baik dengan pemain, memahami taktik, dan beradaptasi dengan berbagai tantangan yang ada.
2. Filosofi Kepelatihan Ancelotti: Manajerial dan Humanis
Berbeda dengan pelatih yang lebih teknikal dan fokus pada pengembangan keterampilan individual pemain, Ancelotti dikenal sebagai pelatih yang lebih menekankan aspek manajerial dan humanis. Salah satu kekuatan utama Ancelotti adalah kemampuannya untuk mengelola berbagai ego di dalam ruang ganti. Ia dikenal sangat bijak dalam menghadapi bintang-bintang besar dan membuat mereka merasa dihargai, tanpa menurunkan standar taktis tim.
Ancelotti menekankan bahwa sepak bola bukan hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga tentang manajemen tim, komunikasi, dan pemahaman strategi secara keseluruhan. Ia lebih memilih untuk menjaga harmoni tim dan memaksimalkan potensi individu dalam kerangka tim. Filosofi ini sering kali mengarah pada permainan yang lebih bebas, dengan sistem taktik yang fleksibel dan mudah diadaptasi oleh pemain dengan berbagai latar belakang.
Namun, hal ini justru sering menjadi bahan perdebatan. Sebagian pihak menilai bahwa filosofi Ancelotti terlalu mengabaikan aspek teknis, yang pada akhirnya bisa merugikan tim dalam menghadapi tim-tim yang lebih fokus pada pengembangan teknis.
3. Teknik atau Manajemen?
Banyak yang beranggapan bahwa kesuksesan Ancelotti lebih dipengaruhi oleh kemampuannya dalam manajemen tim dan bukan pada penguasaan aspek teknis sepak bola. Apakah itu berarti Ancelotti tidak jago teknis? Untuk menjawab ini, kita perlu menggali lebih dalam mengenai gaya kepelatihan dan filosofi Ancelotti.
Ancelotti memang lebih dikenal dengan kemampuannya dalam menciptakan atmosfer tim yang positif dan menghadapi tekanan. Ia cenderung tidak terobsesi pada metode pelatihan yang terlalu rinci atau detil teknis, tetapi lebih berfokus pada penciptaan situasi di mana pemain dapat berkembang dalam lingkungan yang stabil. Dalam hal ini, ia lebih memilih untuk mengandalkan pengalaman, intuisi, dan adaptasi terhadap kekuatan lawan, ketimbang menghabiskan waktu untuk mengasah kemampuan teknis setiap pemain.
Namun, meskipun pendekatannya terkesan lebih “sederhana” dibandingkan pelatih lain yang lebih banyak fokus pada taktik rumit dan pengembangan teknik, Ancelotti tetap memiliki penguasaan teknis yang cukup mumpuni. Ia tahu kapan tim harus bermain ofensif atau defensif, kapan untuk menekan dan kapan untuk bertahan. Kemampuan ini, meskipun tidak selalu terlalu mencolok dalam latihan, tetap mencerminkan penguasaan aspek teknis yang sangat tinggi.
4. Ancelotti dan Taktik: Fleksibilitas yang Terbukti Efektif
Salah satu ciri khas Ancelotti adalah kemampuannya untuk menyesuaikan taktik sesuai dengan kebutuhan tim dan lawan. Ancelotti bukan pelatih yang kaku dengan satu formasi atau pendekatan teknis. Ia seringkali melakukan rotasi formasi atau mengubah strategi permainan sesuai dengan kekuatan dan kelemahan lawan yang dihadapi.
Contohnya, ketika Ancelotti melatih Real Madrid, ia dikenal dengan penerapan taktik 4-3-3 yang sangat fleksibel. Dalam beberapa pertandingan, ia juga menggunakan formasi 4-4-2 atau 4-2-3-1. Hal ini memperlihatkan bahwa Ancelotti mampu menyesuaikan diri dengan karakteristik pemain yang dimilikinya dan juga dengan gaya bermain lawan. Ia memanfaatkan teknik dan taktik untuk memberikan ruang bagi pemain-pemain kunci seperti Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, dan Luka Modric untuk tampil optimal.
Kemenangan Ancelotti dalam berbagai kompetisi besar menunjukkan bahwa ia mengerti pentingnya keseimbangan antara penguasaan bola, serangan balik, dan pertahanan yang solid—semua ini memerlukan teknik dasar yang sangat baik, bahkan jika tidak selalu terlihat secara mencolok dalam latihan.
5. Perbandingan dengan Pelatih Lain
Jika dibandingkan dengan pelatih-pelatih modern seperti Pep Guardiola atau Jurgen Klopp, yang lebih dikenal dengan pendekatan teknikal dan filosofi permainan yang lebih detail, Ancelotti memang tampaknya lebih mengutamakan fleksibilitas dan pengelolaan sumber daya manusia daripada aspek teknis yang mendalam. Guardiola, misalnya, sangat terobsesi dengan penguasaan bola dan permainan-posisional yang mendalam, sementara Klopp fokus pada intensitas dan pressing tinggi.
Namun, bukan berarti Ancelotti tidak memiliki keterampilan teknis. Ia hanya lebih memilih untuk mengimplementasikan konsep-konsep teknis tersebut dalam kerangka yang lebih praktis dan berfokus pada hasil. Keberhasilannya dalam memenangkan empat Liga Champions membuktikan bahwa kemampuannya dalam menghadapi berbagai situasi pertandingan jauh lebih penting daripada sekadar melatih teknik individu pemain.
6. Kesimpulan: Mengapa Ancelotti Bisa Dikatakan “Tidak Jago Teknis”
Menilai apakah Ancelotti tidak jago teknis mungkin terlalu sederhana. Pendekatan Ancelotti memang berbeda dengan pelatih-pelatih lain yang lebih terobsesi dengan pengembangan teknik. Namun, pendekatannya yang lebih manusiawi, fleksibel, dan pragmatis telah terbukti efektif dalam meraih berbagai gelar juara, yang menunjukkan bahwa keberhasilan seorang pelatih tidak hanya ditentukan oleh tingkat keterampilan teknis pemainnya.
Ancelotti jelas memahami pentingnya teknik dalam permainan sepak bola, namun ia lebih memilih untuk mengedepankan pemahaman menyeluruh terhadap permainan dan pengelolaan tim. Oleh karena itu, meskipun ia tidak terfokus pada aspek teknis yang mendalam, Ancelotti tetap menjadi salah satu pelatih dengan pencapaian luar biasa yang sulit untuk dipandang sebelah mata dalam hal penguasaan taktik dan manajemen tim.